JAKARTA - Banjir yang beberapa hari ini melanda sejumlah wilayah DKI Jakarta memicu kritik dan serangan ke duet Joko Widodo-Basuki T Purnama yang kini memimpin Ibu Kota. Bahkan serangan secara politik dari para politikus ke arah duet yang dikenal dengan sebutan Jokowi-Ahok itu datang bertubi-tubi.
Namun, pengamat politik dari Universitas Indonesia (UI), Ari Junaedi mengingatkan bahwa pihak-pihak yang menyerang Jokowi-Ahok tanpa disertai data tentang penanganan banjir bisa menuai serangan balik. Sebab, publik tetap mencatat sejumlah kemajuan yang ditorehkan Gubernur dan Wakil Gubernur DKI itu selama setahun ini.
Ari lantas mencontohkan kritikan yang dilontarkan politikus Partai Demokrat (PD) Ruhut Sitompul yang menyebut blusukan ala Jokowi selama ini ternyata tak membawa manfaat. Menurut Ari, pernyataan Ruhut itu jelas tanpa disertai data kuat karena hanya untuk menyerang Jokowi secara politik.
Ari mengakui, banjir di Jakarta memang terus terulang setiap tahunnya. Tapi mengacu pada data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI, 62 titik banjir peninggalan Fauzi Bowo bisa ditekan di era Jokowi-basuki menjadi 35 saja. "Artinya ada kemajuan nyata selama setahun ini," kata Ari kepadaJPNN, Selasa (14/1) malam.
Karenanya dosen jurusan komunikasi politik di FISIP UI itu menganggap serangan ke Jokowi lebih didasari kekecewaan secara politik. Sebab, serangan itu tidak disertai data kuat. "Seharusnya politisi yang cerdas sebelum melontarkan pendapat di depan publik harus berpijak pada data dan fakta di lapangan, bukan karena faktor ketidaksukaan apalagi karena dendam politik. Sudah jelas titik-titik banjir berkurang, kenapa juga Jokowi yang disalahkan?" sambung Ari.
Ditambahkannya, publik sudah selayaknya membandingkan penanganan banjir dan macet di era kepemimpinan Foke selama lima tahun dengan kepemimpinan Jokowi-Ahok selama setahun ini. Ari menambahkan, mengatasi banjir tentu tidak semudah membalik telapak tangan.
Namun, katanya, Jokowi-Ahok sudah memulai melakukannya secara sungguh-sungguh, termasuk melakukan pendekatan ke warga agar bersedia pindah dari bantaran kali ataupun merelokasi penduduk yang tinggal di kawasan waduk. Bahkan, lanjut Ari, Jokowi-Ahok berusaha keras membereskan berbagai persoalan warisan dari Gubernur DKI sebelumnya.
"Membebaskan banjir berarti memindahkan warga dari daerah rawan banjir. Memindahkan tempat tinggal berarti menyediakan rumah susun. Membangun rumah susun berarti membebaskan lahan. Semuanya tentu butuh waktu," lanjut Ari.
Titik banjir di Jakarta pada masa kepemimpinan Gubernur Joko Widodo alias Jokowi diklaim lebih sedikit daripada masa pemerintahan Fauzi Bowo alias Foke. Titik-titik banjir di Ibukota pada masa Jokowi jumlahnya hanya separuh dari titik banjir saat Foke memimpin.
“Titik banjir di zaman Foke awalnya 78, terus ada BKT turun jadi 62. Zaman Pak Jokowi turun lagi jadi 45 dan sekarang sudah 35 titik,” kata Kabid Pencegahan dan Kesiapsiagaan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Danang Susanto di Balaikota DKI Jakarta, Selasa (14/1/2014).
Selain itu, genangan yang ada di kawasan Pluit juga jauh berkurang setelah program normalisasi waduk dilakukan oleh Jokowi. Begitu pula titik banjir di Jalan Sudirman-Thamrin sudah tidak terdampak banjir pada musim banjir kali ini.
Namun, musim hujan pada tahun ini belum mencapai puncaknya. Terlebih lagi, titik banjir tidak bisa diprediksi karena muncul secara tiba tiba. “Ada titik yang dulu tidak ada, sekarang ada misal di Setu Babakan. Sekarang banjir karena drainase-nya tidak lancar, tersumbat sampah,” ucap dia.
Danang menambahkan, menghilangkan banjir dari Jakarta sangat sulit, mengingat geografis sebagian besar wilayahnya berada di bawah permukaan air laut dan dialiri 13 sungai. Oleh sebab itu, yang paling penting untuk menanggulangi banjir di Jakarta adalah kewaspadaan masyarakat.
“Siapa pun gubernurnya akan sangat sulit mengatasi banjir. Jadi warga harus bisa hidup harmonis dengan ancaman bencana. Saat musim hujan jangan panik, siapkan langkah-langkah evakuasi,” ujar Danang.
Banjir merendam sejumlah wilayah Jakarta sejak hari Minggu 12 Januari yang lalu. Total jumlah warga yang terdampak banjir di 5 wilayah Jakarta sebanyak 12.966 kepala keluarga atau 46.360 jiwa. Kemudian warga yang telah bersedia mengungsi 26.666 jiwa yang tersebar di 65 lokasi pengungsian
sumber: http://www.jpnn.com/read/2014/01/15/210911/Ajak-Publik-Bandingkan-5-Tahun-Foke-dan-Setahun-Jokowi-
http://news.liputan6.com/read/800055/bpbd-titik-banjir-di-jakarta-pada-masa-jokowi-menurun
No comments:
Post a Comment