Teori X dan Y
Konsep teori X dan Y dikemukakan oleh Douglas McGregor dalam buku The
Human Side Enterprise di mana para manajer / pemimpin organisasi
perusahaan memiliki dua jenis pandangan terhadap para pegawai / karyawan
yaitu teori x atau teori y.
A. Teori XTeori ini menyatakan bahwa pada dasarnya manusia adalah makhluk pemalas yang tidak suka bekerja serta senang menghindar dari pekerjaan dan tanggung jawab yang diberikan kepadanya. Pekerja memiliki ambisi yang kecil untuk mencapai tujuan perusahaan namun menginginkan balas jasa serta jaminan hidup yang tinggi. Dalam bekerja para pekerja harus terus diawasi, diancam serta diarahkan agar dapat bekerja sesuai dengan yang diinginkan perusahaan.
B. Teori Y
Teori ini memiliki anggapan bahwa kerja adalah kodrat manusia seperti halnya kegiatan sehari-hari lainnya. Pekerja tidak perlu terlalu diawasi dan diancam secara ketat karena mereka memiliki pengendalian serta pengerahan diri untuk bekerja sesuai tujuan perusahaan. Pekerja memiliki kemampuan kreativitas, imajinasi, kepandaian serta memahami tanggung jawab dan prestasi atas pencapaian tujuan kerja. Pekerja juga tidak harus mengerahkan segala potensi diri yang dimiliki dalam bekerja.
Manajemen ilmiah
Manajemen ilmiah, atau dalam bahasa Inggris disebut scientific management, pertama kali dipopulerkan oleh Frederick Winslow Taylor dalam bukunya yang berjudul Principles of Scientific Management
pada tahun 1911. Dalam bukunya itu, Taylor mendeskripsikan manajemen
ilmiah adalah “penggunaan metode ilmiah untuk menentukan cara terbaik
dalam menyelesaikan suatu pekerjaan.” Beberapa penulis seperti Stephen Robbins menganggap tahun terbitnya buku ini sebagai tahun lahirya teori manajemen modern.
Ide
tentang penggunaan metode ilmiah muncul ketika Taylor merasa kurang
puas dengan ketidakefesienan pekerja di perusahaannya. Ketidakefesienan
itu muncul karena mereka menggunakan berbagai macam teknik yang
berbeda untuk pekerjaan yang sama—nyaris tak ada standar kerja di sana.
Selain itu, para pekerja cenderung menganggap gampang pekerjaannya.
Taylor berpendapat bahwa hasil dari para pekerja itu hanyalah sepertiga
dari yang seharusnya. Taylor kemudian, selama 20 tahun, berusaha keras
mengoreksi keadaan tersebut dengan menerapkan metode ilmiah untuk
menemukan sebuah “teknik paling baik” dalam menyelesaikan tiap-tiap
pekerjaan.
Berdasarkan
pengalamannya itu, Taylor membuat sebuah pedoman yang jelas tentang
cara meningkatkan efesiensi produksi. Pedoman tersebut adalah:
- Kembangkanlah suatu ilmu bagi tiap-tiap unsur pekerjaan seseorang, yang akan menggantikan metode lama yang bersifat untung-untungan.
- Secara ilmiah, pilihlah dan kemudian latihlah, ajarilah, atau kembangkanlah pekerja tersebut.
- Bekerja samalah secara sungguh-sungguh dengan para pekerja untu menjamin bahwa semua pekerjaan dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu yang telah dikembangkan tadi.
- Bagilah pekerjaan dan tanggung jawab secara hampir merata antara manajemen dan para pekerja. Manajemen mengambil alih semua pekerjaan yang lebih sesuai baginya daripada bagi para pekerja.
Pedoman ini mengubah drastis pola
pikir manajemen ketika itu. Jika sebelumnya pekerja memilih sendiri
pekerjaan mereka dan melatih diri semampu mereka, Taylor mengusulkan
manajemenlah yang harus memilihkan pekerjaan dan melatihnya. Manajemen
juga disarankan untuk mengambil alih pekerjaan yang tidak sesuai dengan
pekerja, terutama bagian perencanaan, pengorganisasian, penggerakan,
dan pengontrolan. Hal ini berbeda dengan pemikiran sebelumnya di mana
pekerjalah yang melakukan tugas tersebut.
Manajemen ilmiah kemudian dikembangkan lebih jauh oleh pasangan suami-istri Frank dan Lillian Gilbreth. Keduanya tertarik dengan ide Taylor setelah mendengarkan ceramahnya pada sebuah pertemuan profesional.
Keluarga Gilbreth berhasil menciptakan mikronometer
yang dapat mencatat setiap gerakan yang dilakukan oleh pekerja dan
lamanya waktu yang dihabiskan untuk melakukan setiap gerakan tersebut.
Gerakan yang sia-sia yang luput dari pengamatan mata telanjang dapat
diidentifikasi dengan alat ini, untuk kemudian dihilangkan. Keluarga
Gilbreth juga menyusun skema klasifikasi untuk memberi nama tujuh belas
gerakan tangan dasar (seperti mencari, menggenggam, memegang) yang
mereka sebut Therbligs (dari nama keluarga mereka, Gilbreth, yang dieja terbalik dengan huruf th
tetap). Skema tersebut memungkinkan keluarga Gilbreth menganalisis
cara yang lebih tepat dari unsur-unsur setiap gerakan tangan pekerja.
Skema
itu mereka dapatkan dari pengamatan mereka terhadap cara penyusunan
batu bata. Sebelumnya, Frank yang bekerja sebagai kontraktor bangunan
menemukan bahwa seorang pekerja melakukan 18 gerakan untuk memasang
batu bata untuk eksterior dan 18 gerakan juga untuk interior. Melalui
penelitian, ia menghilangkan gerakan-gerakan yang tidak perlu sehingga
gerakan yang diperlukan untuk memasang batu bata eksterior berkurang
dari 18 gerakan menjadi 5 gerakan. Sementara untuk batu bata interior,
ia mengurangi secara drastis dari 18 gerakan hingga menjadi 2 gerakan
saja. Dengan menggunakan teknik-teknik Gilbreth, tukang baku dapat
lebih produktif dan berkurang kelelahannya di penghujung hari.
Teori Matinya Birokrasi
Warren Bennis dalam teori matinya birokrasi yang menyatakan bahwa kondisi saat ini menunjukkan bahwa bentuk organisasi yang ideal adalah Adhocracy yang fleksibel. Jenis organisasi yang beroperasi dalam mode berlawanan dengan birokrasi disebut sebagai Adhocracy. Istilah ini pertama kali dipopulerkan pada tahun 1970 oleh Alvin Toffler dan sejak saat itu menjadi sering digunakan dalam Teori Manajemen Organisasi, selanjutnya dikembangkan oleh akademisi seperti Henry Mintzberg
http://organisasi.org/definisi-pengertian-teori-perilaku-teori-x-dan-teori-y-x-y-behavior-theory-douglas-mcgregor
http://panduhideto.blogspot.com/2012/04/teori-manajemen-ilmiah.html
http://arianus.wordpress.com/tag/teori-matinya-birokrasi/
No comments:
Post a Comment